Wednesday, February 24, 2010

thumbnail

BUDIDAYA IKAN BELUT



BUDIDAYA IKAN BELUT
( Synbranchus )
1. SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka
memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di
rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut
mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan
menjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,
Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada
di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru
merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai
pos penampungan.

3. JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut
kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut
kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut
sawah.

4. MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis

yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran

rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah

hujan tidak ada batasan yang spesifik.

2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan

tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara

25-31 derajat C.

4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan

osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih

kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan

antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih

belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan

kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang

masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut

ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan

belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.

2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya

dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.

3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan

(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut

remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam

belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100

ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya

tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran

3-50 cm.

4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan

dasar bak tidak perlu diplester.

5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,

alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan

lainnya.

6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk

kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong

untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun

dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan

ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan

organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan

kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik

+ air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media

tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.

Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit

a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang

berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan

masing-masing tahapannya selama 2 bulan.

b) Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit

diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.

c. Pem ilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.

Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm

dan belut jantan berukuran ± 40 cm.

d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor

pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu

pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut

menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut

berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk

ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut

dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam

pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut

tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa

diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau

empat bulan.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih

selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin

agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik

lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang

subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik

utama.

2) Pemberian Pakan

Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat

besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.

3) Pemberian Vaksinasi



4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak


Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam

agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu

kehidupan belut

2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut

antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan

ikan gabus.

3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering

menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak

banyak diserang hama.

7.2. Penyakit

Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh

organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang

berukuran kecil.

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.

2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi

(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).

Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan

peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing

atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,

penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar

belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga

mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada

tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi

a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-

b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-

c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-

d. Lain-lain Rp. 30.000,-

Jumlah Biaya Produksi

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-

3) Keuntungan Rp. 422.000,-

4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran
mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka
akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA
1.) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

About

Welcome to SpesiesIkan.blogspot.com